Kehidupan vs Kematian

Beberapa hari ini, saya mencoba untuk mendefinisikan suatu kata yaitu KEMATIAN sebagai “Suatu kondisi/keadaan dimana tidak adanya suatu kehidupan ataupun semangat hidup, baik disengaja maupun tidak, disadari maupun tidak, yang bisa terjadi secara sementara/temporer ataupun secara permanen.”

Akan tetapi kemudian, definisi di atas akhirnya berkembang menjadi suatu pertanyaan lanjutan, yaitu: “Bagaimana dengan aspek mengenai nilai-nilai kehidupan?”

Seorang tokoh yang dulu saya kenal semasa belajar di perguruan tinggi sempat memberikan kutipan yang cukup menarik: “Make A Life, Not Just A Living”, yang jika boleh dengan kasar saya terjemahkan menjadi: “Ketika Anda hidup, janganlah berhenti hanya untuk menjalani kehidupan serta mencari penghidupan itu sendiri (kehidupan yang layak ataupun kehidupan yang penuh dengan kecukupan dan kegembiraan misalnya), tetapi gunakanlah hidup Anda agar bisa memberikan nilai-nilai kehidupan TIDAK HANYA untuk diri Anda sendiri dan keluarga Anda, TAPI JUGA untuk orang lain, masyarakat dimana Anda tinggal, serta bangsa dan negara Anda.”

Kita kembali ke definisi dan pertanyaan diatas. Kalau begitu, bagaimana dengan orang-orang yang selama ini masih menjalani kehidupan dengan semangatnya yang menggebu-gebu, berjuang dalam rangka making a living buat diri mereka dan keluarga serta sanak saudara mereka, tapi mereka tidak memberikan sumbangsih nilai-nilai kehidupan pada dunia mereka, apakah bisa hal itu juga dimasukkan dalam definisi KEMATIAN?

A man in a leather jacket looking down while sitting on a ledge in a city

Sampai disini, mungkin Anda akan mengira saya terlalu membesar-besarkan dan menghiperbolasikan definisi mengenai KEMATIAN. Tapi tahukah Anda, bahwa jika Anda mencoba search dari internet (yang notabene saat ini merupakan salah satu metoda komunikasi dan pembelajaran manusia yang murah, gampang didapatkan, serta lengkap) Anda akan menemukan banyak sekali situs-situs yang menawarkan dan mengajarkan cara-cara yang paling efektif untuk melakukan  tindakan bunuh diri (alias: Kematian). Bahkan diluar situs-situs tersebut, juga ada beberapa ajang diskusi (bisa berupa forum, grup, ataupun mailis) yang beberapa anggotanya mempertanyakan dalam diskusi tersebut, cara bunuh diri yang harus dia lakukan untuk mengakhiri hidup. Diskusi ini biasanya berakhir dengan dua kubu, dimana satu kubu mulai mencela si penanya tentang betapa bodohnya dia jika melakukan tindakan bunuh diri, dan kubu yang lain (dengan semangatnya) memberikan pilihan-pilihan yang menurut mereka cara bunuh diri paling enak dan tidak menyakitkan (cara mereka mengetahui itu enak dan tidak menyakitkan, sampai saat ini masih cukup saya ragukan, mengingat karena mereka masih bisa memberi jawaban di internet, dan berarti mereka belum mencoba cara-cara itu sendiri :p)

Bagaimanapun caranya (Anda boleh mendebat dan membuktikan sendiri, jika Anda menolak untuk percaya perkataan saya), saya yakin bunuh diri itu menyakitkan sekali, dan butuh orang-orang yang mempunyai keberanian yang sangat hebat untuk berani mengakhiri hidup mereka sendiri. Dan untuk itu saya salut kepada mereka. Tetapi mengutip pernyataan dari salah satu teman dekat saya: “Memang benar, orang yang bunuh diri adalah orang-orang yang pemberani, tapi mereka masih lebih kalah dibandingkan orang-orang yang BERANI MENJALANI HIDUP.” Karena Hidup LEBIH BERAT daripada Kematian.

Jadi seperti yang telah didefinisikan di awal bahwa KEMATIAN bisa didefinisikan sebagai “Suatu kondisi/keadaan dimana tidak adanya suatu kehidupan ataupun semangat hidup, baik disengaja maupun tidak, disadari maupun tidak, yang bisa terjadi secara sementara/temporer ataupun secara permanen.”

Maka KEHIDUPAN akan didefinisikan sebagai “Suatu kondisi/keadaan yang tidak hanya berarti Anda masih bisa bernafas dan menjalani hidup, tidak hanya berarti Anda harus memberikan nilai-nilai kehidupan bagi yang lain di sekitar Anda, tapi lebih mendasar dari semua itu, Kehidupan juga bisa didefinisikan sebagai sesuatu yang lebih besar daripada Kematian, sehingga Kematian tidak akan pernah bisa mengalahkan Kehidupan, tapi sebaliknya KEHIDUPAN PASTI MENGALAHKAN KEMATIAN.”

Ah, saya tahu. Kalimat saya yang terakhir pasti akan menggelitik Anda untuk mendebatnya. Bagaimana dengan orang yang meninggal karena usia dan sakit, yang pada akhirnya harus dimakamkan? Hal itu bisa berarti bahwa Kematian yang menang kan?

Well, saya akan menjawabnya dengan singkat saja, bahwa itu semua merupakan bagian dari proses berupa kelahiran, kehidupan, dan kematian. Kematian sebagai proses yang paling akhir disini, bukan berarti yang terutama dan menjadi pemenang dari proses yang lain. Bukan. Karena dalam setiap kematian (akhir), selalu ada awal (kelahiran) yang lain. Dan kita tidak berhak ataupun bisa menentukan kapan terjadinya masing-masing proses itu. Yang bisa kita lakukan adalah menjalaninya sebaik mungkin.

Selamat Menjalani Hidup (entah susah ataupun gampang, penuh tawa maupun tangisan, karena KEHIDUPAN akan mengalahkan KEMATIAN)

Share this IQ Notes: